WHAT'S NEW?
Memuat...

Hari ini pengin sedikit mengenang kisah lama.
Beberapa kali ada yang bertanya pada saya, kolega di Solo, jama'ah pengajian remaja dan juga mantan tetangga, tentang sosok Muhammad Fajri, calon wakil walikota Solo.
Saya jawab bahwa hubungan saya dengan Ndan Fajri (panggilan akrab saya pada beliau) akrab sekali. Beliau adalah guru pertama saya di Solo. Tak hanya itu, Ndan Fajri juga sahabat yang erat.
Kami bertemu mulai tahun 1997. Saya mahasiswa baru, dan beliau aktif menjadi Pemateri pada berbagai acara diskusi dan bedah buku.
Dengan background masa lalunya yang sempat menjalani hidup sebagai penulis & wartawan, teman2 kampus kepincut dengan pola pikir, kecerdasan & keluasan wawasannya.
Dengan rambut jins belel & rambut gondrong yang melekat di badan saya waktu itu, kami akhirnya sering bertemu. Darinya, saya banyak menimba ilmu.
Menjelang masa skripsi, taun 2002, Ndan Fajri dkk mengajak saya berkhidmat pada masyarakat. Mengelola komunitas pengamen & anak jalanan. Disini kami bersama membagun persaudaraan. Bukan pencitraan model picisan!!
Kebetulan juga beberapa saat sebelumnya saya sedang mulai mengamen dari bis ke bis, dari pasar ke pasar untuk bertahan hidup di kota yang tak pernah redup. Ya, memang sepeningalan almarhum bapak, kuliah belum usai, saya harus makin mandiri dengan kewajiban yang masih menjuntai.
Maka dengan bekal jalinan persaudaraan pengamen jalanan, saya pun mengajak teman2 pengamen untuk bergabung.
Mei 2002 Terbentuklah KAPAS (Keluarga Pengamen Surakarta). Komunitas ini memiliki anggota terbanyak dalam catatan, dibanding dengan organisasi serupa. Demikian Kawan-kawan kita di Dinas Sosial pernah menyampaikan.
Ada pengamen tua, dewasa, remaja, anak-anak serta keluarga mereka juga bergabung. Karena ini persaudaraan besar, gotong royong menjadi adat dan tumpuan.
Kami membuat beberapa program dalam komunitas ini. Ada program alih profesi bernama divisi ekonomi “Wiro Sablon”. Kami latih kawan-kawan pengemen membuat stiker dan kaos sablon untuk menambah sumur rizqinya.
Kami juga membuat sekolah anak jalanan di berbagai titik di kota Solo. Menyebar menyesuaikan tempat bermukim para anggota KAPAS kita.
Sekolah anak jalanan kami pun pada suatu saat juga pernah dikunjungi & dipuji oleh Ibu Menteri.
Ibu Mutia Hatta namanya, putri Bung Hatta Proklamator kita. Ia berterima kasih karena organisasi persaudaraan kami memberi kesempatan pada yang tak mampu untuk tetap memperoleh hak pendidikannya.
Kami juga salurkan kawan-kawan yang memang juga berbakat benar di musik dan menyanyi. Kita carikan kesempatan agar bisa menghibur di pesta/tasyakuran pernikahan. Juga berbagai acara di hotel, juga diberi kesempatan menghibur pula di Kolam Renang Tirtonadi. Beberapa kali juga masuk televisi.
Intinya kami coba bantu saudara dan kawan-kawan untuk hidup lebih layak dg berbagai program. Memenuhi hak mereka seperti apa yang seharusnya layak didapatkan.
Ada cerita pula tiap ada Razia dari satpol PP dan saudara-saudara kita dari kepolisian, alhamdulillah pemilik KTA KAPAS diperlakukan berbeda. Karena memang sedang dalam masa alih profesi dan pengentasan. Walau kadang sedih pula ada yang kena tangkap aparat, dan alat musiknya juga dihancurkan. Saya juga yang mendapat tugas main ke Polres untuk memediasi.
Masih teringat, kami berdua, saya dan Ndan Fajri memimpin rapat dengan hangat. Duduk sama rendah dengan kawan-kawan pengamen di lesehan lorong pasar Nusukan di tengah malam. Mencari solusi tentang berbagai hal. Juga mengumpulkan uang sekileran patungan untuk kawan pengamen yang sedang sakit tertimpa cobaan.
Akhirnya berkembang pula program-program komunitas kami. Menjalar pada seluruh keluarga pengamen, baik dewasa maupun anak-anak. Juga merembet ke komunitas pengemudi becak. Mbah Supri & Mbah Marno yang waktu itu menjadi ketuanya. Program kesehatan dan pendidikan jadi fokus utama.
Waktu terus berjalan, Ndan Fajri, tetap setia memimpin kami. Beliau adalah orang yang berbeda dari kebanyakan orang,. Tipikalnya : “Tak pernah malu berpikir, sebelum berbicara!”, Tak ragu melakukan pekerjaan yang orang lain tak mau.
Program terakhir yang kami pernah lakukan bersama adalah mengumpulkan pengamen dan kaum muda penggangguran untuk bekerja sebagai juru parkir. Sebuah profesi legal membantu masyarakat & pemerintah untuk ketertiban kota.
Segar dalam ingatan, tiap pagi saya berangkat ke lantai dua Gedung Barat Pasar Gede Solo. Mengambil bendelan-bendelan karcis dari DLLAJ, dan membagikan nya pada kawan-kawan yang sudah siap di ruas-ruas jalan panjang beraspal sesuai kontrak yang disepakati dengan pemerintah. Sementara Ndan Fajri terus mencari siapa yang belum punya pekerjaan yang halal. Untuk kemudian diajak dan diberi pekerjaan.
Mereka mulai menjalani hari dengan senyuman. Terlepas bebas, dari ancaman dunia pengangguran yang tak jelas.
Masih banyak lagi cerita bersama Ndan Fajri. Dia yang dekat anak muda, juga dekat dengan para sesepuh kota.
Ndan Fajri, dia yang sampai saat ini masih setia mengentaskan pengangguran, dengan membuka pos kerjaan pada usaha keramba-keramba ikannya.
Ndan Fajri, yang layak menjadi pelayan masyarakat yang sebenarnya.
Saya kini masih menekuni dunia pendidikan (sekarang di sektor pendidikan formal) dan sosial (saya juga mendapat amanah sebagai Divisi Advokasi pada sebuah komunitas difabel)
Sedangkan Ndan Fajri tetap aktif di jalur politik dan kemasyarakatan, menekuni bisnis kecil dan menengah dan membina LSM yang menyantuni anak jalanan, pengamen, pengentasan pengangguran
Karena kesibukan masing-masing, kami jarang berkomunikasi, sampai ada kabar bahwa Ndan Fajri dicalonkan sebagai wakil walikota.
Sebagai murid dan sahabat, tentu saya kembali terbangun untuk mengenang apa yang kami perjuangkan.
‪#‎Perjuangan‬ belum usai, angka kemiskinan dan pengangguran terus naik melesat, di sela-sela tumbuhnya hutan beton dari mall mall bertingkat.
Sementara itu jalan kota yang sudah halus, masih pula ditumpuki aspal baru yang hangat. Sungguh efektifitas pembangunan perlu disusun kembali dengan prioritas.
Prioritas membangun jiwa, raga, dan kesejahteraan manusia. Semuanya harus seimbang.
Insya Allah, saya yakin Ndan Fajri adalah pilihan yang tepat untuk memimpin program itu semua.
Bersama Pak Anung seorang birokrat Solo yang berpengalaman, Ndan Fajri adalah pasangan yang didamba rakyat.
Sudah saatnya yang muda yang memimpin.
Sudah saatnya yang berpengalaman dengan program peduli rakyat, yang harus kita angkat !!
Sejarah Ndan Fajri, sudah pasti!!
Jadi kalo ada orang Solo bertanya: “LHA NGOPO KUDU FAJRI?”
Jawabnya Jelas :
“MERGO FAJRI KERJONE PASTI!!!
Historia Vitae magistra !!

Testimoni dari: Rosnendya Wiguna

Harapan masyarakat Kota Solo untuk mempunyai pemimpin baru sangat besar. Hal ini nampak dari antusiasnya masyarakat kota Solo untuk melihat dan mendengar sendiri pasangan calon walikota dan wakil walikota Surakarta nomo urut 1, Drs. Anung Indro Susanto, MM dan Muhammad Fajri tampil dalam acara Debat Terbuka Pilkada Surakarta 2015 Putaran 1 yang digelar di Sunan Hotel, Jum'at malam (9/10).
Seperti yang dilakukan oleh warga Losari Pasar Kliwon. Hanya dengan menggelar tikar dan memasang sebuah televisi berukuran sedang, selama kurang lebih 1,5 jam warga menyimak paparan visi dan misi dari AFI dan tidak jarang memberikan semangat dukungan.

Di belakang seorang lelaki yang sukses ada dua wanita hebat, yaitu ibu dan istrinya. Ungkapan ini mungkin cocok untuk Sri Subakti atau yang lebih akrab dipanggil dengan Bu Bakti. Wanita kelahiran Klaten, 17 Juni 1962 ini tumbuh besar di lingkungan petani. Hal ini menuntut Bu Bakti belajar kerja keras sejak dini dengan meluangkan waktu membantu pekerjaan orang tua. Selain itu, pekerjaan ayah sebagai petani dan ibu sebagai pedagang lurik membuat Bu Bakti terbiasa bergaul dengan karyawan yang bekerja dirumahnya. Hingga kini, Bu Bakti menjadi pribadi yang supel, mudah bergaul dan diterima orang sekitar.
Istri mas Anung yang juga berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemerintahan Kota Surakarta ini gemar berolahraga. Olahraga favorit Bu Bakti adalah Tennis. Bersama rekan-rekan kerja dan suami, Bu Bakti selalu meluangkan waktu untuk Tennis dua kali dalam satu pekan. Kegemaran berolahraga ini menurun kepada putra-putrinya yang sampai sekarang selalu rutin menyediakan waktu khusus untuk olahraga.
Kepedulian sosial yang sangat tinggi terlihat dari kebiasaan Bu Bakti menyisihkan sebagian uang untuk disedekahkan sebelum berangkat ke kantor. Jika Bu Bakti tidak sempat melakukannya, maka Bu Bakti akan memberikan uang itu kepada rekan kerja atau orang sekitar kantor yang membutuhkan. Kepedulian ini ia teladani dari ibunya yang setiap pagi selalu menyempatkan waktu memberi makan kepada orang sekitar yang kurang mampu dan membutuhkan.
Sopo nandur bakal ngunduh, filosofi jawa ini tepat untuk menggambarkan kepedulian dan kebaikan yang sering Bu Bakti lakukan untuk orang lain. Bu Bakti yakin, saat kita melakukan kebaikan atau keburukan maka suatu saat nanti kita akan memanen kebaikan atau keburukan yang telah dilakukan, baik itu datang pada kita sendiri atau pada anak-cucu kita kelak. Maka dari itu, Bu Bakti selalu berusaha menjaga dirinya untuk senatiasa berbuat kebaikan kepada siapa saja.
Dari SD hingga SMA, Bu Bakti menimba ilmu di kota kelahirannya, Klaten. Lalu melanjutkan S1 jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP UNS)  Surakarta dan menyelesaikannya pada tahun 1992. Di masa muda hingga masa kuliah, Bu Bakti aktif mengikuti oraganisasi. Awalnya, Bu Bakti hanya mengikuti jejak kakak-kakaknya namun seiring berjalannya waktu ia pun berkontribusi aktif di Karang Taruna dan KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia). Kebiasan baik yang ditanamkan orang tua dan pengalaman organisasi ini yang menjadi bekal Bu Bakti berkarya melayani masyarakat kota Solo di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) sebagai Kepala Sie Pengawasan.
Pengalaman bekerja sebagai PNS di Pemerintahan Kota Surakarta juga ia dapat dari saudara-saudara kandungnya yang sukses berkarir sebagai Bupati Jepara, Bupati Kendal, dan Sekda Boyolali. Sebelum berkarir di Dinsosnakertrans, Bu Bakti mengabdikan diri untuk  Kota Solo di Dinas Catatan Sipil, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Jebres dan juga Koperasi. Terus bekerja keras dan memberikan yang terbaik adalah motivasinya dalam bekerja. Prinsip kerja ini ia tularkan kepada tim kerjanya di kantor. Ia tidak mau kalah dengan saudara-saudaranya yang sudah sukses dan memberi pengabdian terbaik untuk kota tempat tinggal mereka. Bu Bakti yakin, jika saudara-saudaranya bisa berhasil pasti ia juga bisa.
Tuntutan karirnya sebagai PNS cukup menguras waktu dan perhatian sehingga pernah suatu saat putra-putrinya jatuh sakit karena kurang perhatian dan pengawasan.  Namun, Mas Anung sebagai kepala keluarga mengajak Bu Bakti berdiskusi dan membuat kesepakatan terkait karirnya. Mereka sepakat mas Anung yang mengedepankan karirnya namun dengan satu syarat harus selalu melakukan yang terbaik dan berprestasi di setiap pekerjaannya. Berkat dukungan dan doa istri tercinta, mas Anung dapat selalu berprestasi dalam setiap jenjang karirnya hingga memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi Walikota Solo. Karir Bu Bakti yang terus berjalan tidak menganggu pembinaan putra-putrinya, terbukti putra-putrinya dapat melanjutkan studi ke jurusan yang diminati tanpa tes atau jalur PMDK-sekarang SNMPTN.
Menurutnya, mas Anung adalah sosok pemimpin yang cerdas dan jujur. Mas Anung selalu mempunyai ide-ide kreatif untuk memecahkan suatu masalah. Ide-ide kreatif mas Anung yang pernah diberikan untuk Kota Solo antara lain menginisiasi pemberian dana Block Grant, membuat transparansi keuangan daerah, dan memenangkan lomba kelurahan tingkat Nasional. Prestasi tersebut yang mengantarkan mas Anung menjadi rekan dan teman diskusi presiden kita, Pak Jokowi, sejak menjadi Walikota Solo hingga Gubernur DKI Jakarta.
Bu Bakti berharap jika suami tercintanya, mas Anung, terpilih menjadi Walikota Solo periode 2015-2020, kelak mas Anung dapat mengemban amanah dari Allah sebagai orang pilihan untuk melayani rakyat Solo. Semoga mas Anung dapat mewujudkan ide dan mimpi membangun Kota Solo seperti yang pernah dilakukannya bersama Pak Jokowi saat menjabat sebagai Walikota Solo. Selain itu, Bu Bakti juga berharap suaminya dapat menjadikan warga Solo menjadi masyarakat yang menjaga hubungan, komunikasi dan kerjasama satu sama lain dengan lebih baik lagi.

Calon walikota nomor urut 1, Anung Indro Susanto memanfaatkan jadwal kampanyenya, Rabu (16/9) dengan berdialog dengan warga rumah susun sewa sederhana (Rusunawa) Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon. Dalam kampanyenya, Anung menjanjikan perbaikan penambahan ruang terbuka di lingkungan Rusunawa.

Anung tiba di Rusunawa sekitar pukul 11.30 WIB. Mengenakan baju putih, Anung diterima warga yang sudah berkumpul di aula. Setelah menyalami satu per satu warga yang mayoritas ibu-ibu, Anung kemudian memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kedatangannya. Ia juga meminta doa agar bisa memenangi Pilkada.

“Rusunawa ini kan perumahan yang jadi satu. Alternatif penyediaan rumah bagi masyarakat yang belum mempunyai rumah. Lantaran beda dengan masyarakat umumnya, kami anggap perlu untuk datang ke sini,” kata Anung kepada wartawan, usai berdialog dengan warga.

Disingguh hal yang perlu dibenahi, Anung menilai Rusunawa perlu beberapa penambahan fasilitas. Terutama fasilitas ruang terbuka dan sarana bermain yang mendukung tumbuh berkembangnya anak.

“Harus diperhatikan perkembangan anak-anak. Fasilitas-fasilitas yang bisa memungkinkan interaksi warga. Sarana untuk tumbuh kembang anak perlu ditambah. Ini kan ya hanya seperti ini saja. Masih perlu dibenahi,” ujar dia.

Sementara, Ketua Paguyuban Blok B Rusunawa Semanggi, Mono Herwandani mengharapkan pemerintah bisa lebih memberikan perhatian kepada Rusunawa. Dalam hal domisili, penghuni Rusunawa juga meminta dibentuk RT baru.

“Domisli warga masih ikut RT lama. Padahal sudah tinggal di Rusunawa. Saat mengurus PKMS, BPMKS ke RT lama, kadang dipersulit. Karena sudah tidak tinggal di RT lama. Harapan kami, status kependudukan itu diperjelas dengan dibentuk RT baru,” terang dia.

Sumber : Timlo

Jempol merupakan salah satu bagian  tubuh manusia yang sarat  makna dan nilai filosofi. Tanpa jempol, kita tidak bisa menggenggam, pegangan tidak kuat, tidak bisa mencubit, tidak bisa mengirim Short Message Service (SMS), tidak bisa mengirim BlackBerry Messenger (BBM), dan tidak bisa menggunakan gunting untuk memotong. Singkatnya, tanpa jempol, kita tidak bisa menggenggam atau memegang suatu benda dengan kuat. Keberadaan jempol membuat empat jari lainnya lebih produktif. Maksudnya, jempol tidak akan kuat kalau hanya sendiri; demikian pula empat jari lainnya tidak kuat jika tanpa jempol;  karena itu, jempol merangkul empat jari lainnya untuk melakukan aktivitas secara  bersama-sama. Semua aktivitas yang dilakukan oleh jempol karena dorongan kemurahan hati (greatfulness) dan pikiran sehat (senses).

Banyak hal selalu dihubungkan dengan jempol. Misalnya ancungan jempol (thumbs-up) sebagai tanda setuju. Jempol di arahkan ke bawah sebagai tanda tak setuju (thumbs down). Cap jempol (thumbprint) sebagai simbol penguatan, persetujuan atau pengesahan. Jempol dapat menggambarkan orang yang tidak berbuat apa-apa (twirl thumbs). Jempol dapat juga menyimbolkan hal yang janggal (all thumbs). Isapan jempol (figment) melambangkan orang yang suka berbohong.

Jempol dapat digerakan atau di arahkan dalam lima arah. Masing-masing arah memiliki makna yang berbeda. Bila di arahkan ke dalam diri sendiri, artinya instropeksi diri. Bila di arahkan ke depan, artinya ada pengharapan.  Bila di arahkan ke belakang, artinya sebagai suatu peringatan. Bila di arahkan ke bawah, artinya orang yang melakukannya menganggap diri sendiri lebih hebat, bersikap, tidak bijaksana, dan merendahkan martabat orang lain. Bila diacungkan, artinya si pemilik jempol bersyukur kepada Tuhan, juga bisa dimaknai menggerakkan atau mengubah orang lain agar bisa menjadi orang yang maju, hebat, berpikiran positif dan terbuka.

Orang yang suka mengacungkan jempolnya ke atas menunjukkan bahwa ia adalah orang yang berpikir konstruktif, bijaksana, optimis dan memiliki cakrawala luas ke depan. Sebaliknya, orang yang suka mengarahkan jempolnya ke bawah menunjukkan bahwa ia adalah orang yang selalu berpikir destruktif, tidak bijaksana, pesimis dan selalu kuatir tentang hidup.

Jempol yang diacungkan memiliki nilai simbolik sebagai pengharapan, penghargaan, ucapan terima kasih, pujian dan rasa syukur kepada Tuhan, diri sendiri dan  kepada sesama atau orang lain agar suatu saat dapat menjadi top dan first rate.

Singkatnya, keberadaan jempol melambangkan karakter pemiliknya. Tangan tanpa jempol tidak kuat. Jempol melambangkan sejumlah nilai kehidupan yang indah; melambangkan kekuatan saat kesesakan; melambangkan harapan saat putus asa; merasakan kenikmatan saat hidup tertekan dan terpenjara. Semuanya jika direnungkan, kita akan mendapatkan rangkaian kata indah yang sarat makna bahwa jempol adalah jari yang netral, yang bisa bersahabat dengan jari lainnya.***

sumber


Di depan kelas seorang guru kharismatik mengajar tarikh islam (sejarah islam). Ia berkata, "siapa yang tidak suka pelajaran sejarah?" saya spontan acung tangan. ternyata, hanya sedikit yang acung tangan.
guru itu segera menampilkan gambar- sebuah gambar yang sebagian teman berpendapat gambar itu dipersepsikan terlihat seorang nenek dan sebagian lagi berpendapat gambar itu dipersepsikan terlihat seorang gadis. Yang ternyata tidak ada yang salah, dua-duanya memang tampak di gambar itu. Guru saya itu berkata," itulah kehidupan, semakin banyak wawasan maka kita akan semakin lengkap memandang dunia. Mulai sekarang, sukailah apa yang kamu pelajari, agar kelak menjadi cahaya dalam dirimu dan menjadi penerang bagi sekitarmu"

Sejak saat itu, setiap pelajaran apapun (terutama pelajaran sejarah) saya bersiap duduk di depan dan belajar dengan penuh rasa suka cita.
kejadian kira kira 17-19 tahun yang lalu, di ma'had albina.
siapakah guruku itu ??
semoga Allah SWT meridhoi beliau dan keluarganya.

Beliau adalah bapak Muhammad Fajri cawawali pilihan kita semua.

dr. Indriyati Oktaviano
Pengajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dokter di RS Nirmala Suri Sukoharjo

Cukup lama saya mengenal mas Fajri. Beliau ini salah satu guru saya, yang mengajari banyak hal. Beliau ini yang mengenalkan saya dengan dunia politik. Dunia warna warni. Dan beliau tlaten membimbing saya, soalnya saya ini jenis unthul bawang. Timun wungkuk jogo imbuh. Dan anda semua bisa membayangkan, bagaimana susahnya mengajari orang tipe ini.
Ini yang saya ingat baik baik, kejadiannya sudah lama. Saya di ampiri, di ajak begitu saja. ' Ayuh ning Kenteng.' Kenteng ini daerah dekat kampung saya, sebagian berstatus tanah negara, tapi penghuninya banyak betul. Sekarang tambah banyak.
Ternyata ada rencana dari pemerintah membangun ipal. Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kenteng. Logikanya betul, wong tanah negara, dan ipal itu penting. Ya sudah tho. Gusur saja.
Lha ini bedanya mas Fajri. Pembangunan itu penting, tapi lebih penting hidup manusia. Pembangunan itu menyejahterakan manusia, bukan meminggirkan manusia.
Akhirnya beliau dan teman teman mengadvokasi warga yang mau di gusur. Alhamdulillah. Berhasil. Ipal di geser, warga tidak di gusur.
Ini saya kira pelajaran menarik. Menggabungkan antara kepentingan wong cilik dan pembangunan. Win win solution. Banyak kasus wong cilik dan pembangunan, tidak ketemu. Seolah saling mengalahkan. Contohnya banyak, dari dulu sampai kejadian terkini ada.
Di tangan yang tepat, wong cilik dan pembangunan bersanding.
Saya mohon doa dari pembaca yang budiman, untuk mas Fajri, agar di berikan keikhlasan menjalani peran. Menjalani tugas. Dan agar semua gerak hati, upaya, semua pengorbanan di biji oleh Allah Taala sebagai amal sholeh. Perjuangan masih panjang. Sekarang hanya titik permulaan.
Selamat bekerja tim AFI Solo. Bismillah. Bi nashrillah.

Bambang Sudarsono
Dai dan Fisioterapis di RS Kustati Solo
Nunik bersama suami

Kata dosen saya dulu, bangsa yang maju adalah bangsa yang bisa mengelola sampahnya.
Jadi saya suka nih kalo ada pemimpin daerah atau negara yg konsen ke pengelolaan sampah. Misalnya walikota bandung, pak ridwan kamil yg pernah share tentang alat pengelolaan sampah menjadi sumber energi yg sudah terealisasi di beberapa tempat di bandung.
Jadi lagi, kalau ada calon wali kota yg care dan sudah merencenakan pengelolaan sampah di daerahnya, maka ini juga termasuk oke. Semoga aja kalau nanti sdh jadi walikota dan wakil walikota solo, bisa merealisasikan solo jadi kota yg bs mengelola sampahnya dengan baik ya pak..biar jadi kota yg semakin maju.
Selamat, pak anung dan pak Fajri..

Nunik Nurhayati
Magister Hukum dan Kebijakan Publik
Universitas Sebelas Maret Surakarta