WHAT'S NEW?
Memuat...

Lha Ngopo Kudu Fajri?


Hari ini pengin sedikit mengenang kisah lama.
Beberapa kali ada yang bertanya pada saya, kolega di Solo, jama'ah pengajian remaja dan juga mantan tetangga, tentang sosok Muhammad Fajri, calon wakil walikota Solo.
Saya jawab bahwa hubungan saya dengan Ndan Fajri (panggilan akrab saya pada beliau) akrab sekali. Beliau adalah guru pertama saya di Solo. Tak hanya itu, Ndan Fajri juga sahabat yang erat.
Kami bertemu mulai tahun 1997. Saya mahasiswa baru, dan beliau aktif menjadi Pemateri pada berbagai acara diskusi dan bedah buku.
Dengan background masa lalunya yang sempat menjalani hidup sebagai penulis & wartawan, teman2 kampus kepincut dengan pola pikir, kecerdasan & keluasan wawasannya.
Dengan rambut jins belel & rambut gondrong yang melekat di badan saya waktu itu, kami akhirnya sering bertemu. Darinya, saya banyak menimba ilmu.
Menjelang masa skripsi, taun 2002, Ndan Fajri dkk mengajak saya berkhidmat pada masyarakat. Mengelola komunitas pengamen & anak jalanan. Disini kami bersama membagun persaudaraan. Bukan pencitraan model picisan!!
Kebetulan juga beberapa saat sebelumnya saya sedang mulai mengamen dari bis ke bis, dari pasar ke pasar untuk bertahan hidup di kota yang tak pernah redup. Ya, memang sepeningalan almarhum bapak, kuliah belum usai, saya harus makin mandiri dengan kewajiban yang masih menjuntai.
Maka dengan bekal jalinan persaudaraan pengamen jalanan, saya pun mengajak teman2 pengamen untuk bergabung.
Mei 2002 Terbentuklah KAPAS (Keluarga Pengamen Surakarta). Komunitas ini memiliki anggota terbanyak dalam catatan, dibanding dengan organisasi serupa. Demikian Kawan-kawan kita di Dinas Sosial pernah menyampaikan.
Ada pengamen tua, dewasa, remaja, anak-anak serta keluarga mereka juga bergabung. Karena ini persaudaraan besar, gotong royong menjadi adat dan tumpuan.
Kami membuat beberapa program dalam komunitas ini. Ada program alih profesi bernama divisi ekonomi “Wiro Sablon”. Kami latih kawan-kawan pengemen membuat stiker dan kaos sablon untuk menambah sumur rizqinya.
Kami juga membuat sekolah anak jalanan di berbagai titik di kota Solo. Menyebar menyesuaikan tempat bermukim para anggota KAPAS kita.
Sekolah anak jalanan kami pun pada suatu saat juga pernah dikunjungi & dipuji oleh Ibu Menteri.
Ibu Mutia Hatta namanya, putri Bung Hatta Proklamator kita. Ia berterima kasih karena organisasi persaudaraan kami memberi kesempatan pada yang tak mampu untuk tetap memperoleh hak pendidikannya.
Kami juga salurkan kawan-kawan yang memang juga berbakat benar di musik dan menyanyi. Kita carikan kesempatan agar bisa menghibur di pesta/tasyakuran pernikahan. Juga berbagai acara di hotel, juga diberi kesempatan menghibur pula di Kolam Renang Tirtonadi. Beberapa kali juga masuk televisi.
Intinya kami coba bantu saudara dan kawan-kawan untuk hidup lebih layak dg berbagai program. Memenuhi hak mereka seperti apa yang seharusnya layak didapatkan.
Ada cerita pula tiap ada Razia dari satpol PP dan saudara-saudara kita dari kepolisian, alhamdulillah pemilik KTA KAPAS diperlakukan berbeda. Karena memang sedang dalam masa alih profesi dan pengentasan. Walau kadang sedih pula ada yang kena tangkap aparat, dan alat musiknya juga dihancurkan. Saya juga yang mendapat tugas main ke Polres untuk memediasi.
Masih teringat, kami berdua, saya dan Ndan Fajri memimpin rapat dengan hangat. Duduk sama rendah dengan kawan-kawan pengamen di lesehan lorong pasar Nusukan di tengah malam. Mencari solusi tentang berbagai hal. Juga mengumpulkan uang sekileran patungan untuk kawan pengamen yang sedang sakit tertimpa cobaan.
Akhirnya berkembang pula program-program komunitas kami. Menjalar pada seluruh keluarga pengamen, baik dewasa maupun anak-anak. Juga merembet ke komunitas pengemudi becak. Mbah Supri & Mbah Marno yang waktu itu menjadi ketuanya. Program kesehatan dan pendidikan jadi fokus utama.
Waktu terus berjalan, Ndan Fajri, tetap setia memimpin kami. Beliau adalah orang yang berbeda dari kebanyakan orang,. Tipikalnya : “Tak pernah malu berpikir, sebelum berbicara!”, Tak ragu melakukan pekerjaan yang orang lain tak mau.
Program terakhir yang kami pernah lakukan bersama adalah mengumpulkan pengamen dan kaum muda penggangguran untuk bekerja sebagai juru parkir. Sebuah profesi legal membantu masyarakat & pemerintah untuk ketertiban kota.
Segar dalam ingatan, tiap pagi saya berangkat ke lantai dua Gedung Barat Pasar Gede Solo. Mengambil bendelan-bendelan karcis dari DLLAJ, dan membagikan nya pada kawan-kawan yang sudah siap di ruas-ruas jalan panjang beraspal sesuai kontrak yang disepakati dengan pemerintah. Sementara Ndan Fajri terus mencari siapa yang belum punya pekerjaan yang halal. Untuk kemudian diajak dan diberi pekerjaan.
Mereka mulai menjalani hari dengan senyuman. Terlepas bebas, dari ancaman dunia pengangguran yang tak jelas.
Masih banyak lagi cerita bersama Ndan Fajri. Dia yang dekat anak muda, juga dekat dengan para sesepuh kota.
Ndan Fajri, dia yang sampai saat ini masih setia mengentaskan pengangguran, dengan membuka pos kerjaan pada usaha keramba-keramba ikannya.
Ndan Fajri, yang layak menjadi pelayan masyarakat yang sebenarnya.
Saya kini masih menekuni dunia pendidikan (sekarang di sektor pendidikan formal) dan sosial (saya juga mendapat amanah sebagai Divisi Advokasi pada sebuah komunitas difabel)
Sedangkan Ndan Fajri tetap aktif di jalur politik dan kemasyarakatan, menekuni bisnis kecil dan menengah dan membina LSM yang menyantuni anak jalanan, pengamen, pengentasan pengangguran
Karena kesibukan masing-masing, kami jarang berkomunikasi, sampai ada kabar bahwa Ndan Fajri dicalonkan sebagai wakil walikota.
Sebagai murid dan sahabat, tentu saya kembali terbangun untuk mengenang apa yang kami perjuangkan.
‪#‎Perjuangan‬ belum usai, angka kemiskinan dan pengangguran terus naik melesat, di sela-sela tumbuhnya hutan beton dari mall mall bertingkat.
Sementara itu jalan kota yang sudah halus, masih pula ditumpuki aspal baru yang hangat. Sungguh efektifitas pembangunan perlu disusun kembali dengan prioritas.
Prioritas membangun jiwa, raga, dan kesejahteraan manusia. Semuanya harus seimbang.
Insya Allah, saya yakin Ndan Fajri adalah pilihan yang tepat untuk memimpin program itu semua.
Bersama Pak Anung seorang birokrat Solo yang berpengalaman, Ndan Fajri adalah pasangan yang didamba rakyat.
Sudah saatnya yang muda yang memimpin.
Sudah saatnya yang berpengalaman dengan program peduli rakyat, yang harus kita angkat !!
Sejarah Ndan Fajri, sudah pasti!!
Jadi kalo ada orang Solo bertanya: “LHA NGOPO KUDU FAJRI?”
Jawabnya Jelas :
“MERGO FAJRI KERJONE PASTI!!!
Historia Vitae magistra !!

Testimoni dari: Rosnendya Wiguna

0 comments:

Post a Comment